Tugas Makalah
KESEHATAN REPRODUKSI
”INFERTILITAS”

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK II
DARMAWATI
DARNI YATI SALIM
DIAN PURNAMASARI
ELFIA
FAHRIANI
HADRIANI IRWAN
HASNIDAR
Kelas : 1 D
PROGRAM STUDY
DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK
SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN MEGA REZKY
MAKASSAR
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Infertilitas
Infertilitas atau ketidaksuburan
adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu memiliki anak
walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali seminggu dalam
kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun. Secara medis infertilitas di bagi
atas 2 yaitu:
1. Infertilitas primer, berarti pasangan suami istri belum
mampu dan belum pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual
sebanyak 2-3 kali perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk
apapun.
2. Infertilitas sekunder berarti pasangan suami
istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu
memiliki anak lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per
minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalamn bentuk apapun.
Sebanyak 60%-70% pasangan yang telah
menikah akan memiliki anak pada tahun pertama pernikahan mereka. Sebanyak 20%
akan memiliki anak pada tahun ke-2 dari usia pernikahan. Sebanyak 10-20%
sisanya akan memiliki anak pada tahun ke-3 atau lebih atau tidak akan pernah
memiliki anak.
Walaupun pasangan suami-istri
dianggap infertil, bukan tidak mungkin kondisi infertil sesungguhnya hanya
dialami oleh sang suami atau sang istri. Hal tersebut dapat dipahami karena
proses pembuahan yang berujung pada kehamilan dan lahirnya seorang manusia baru
merupakan kerjasama antara suami dan istri. Kerjasama tersebut mengandung arti
bahwa dua faktor yang harus dipenuhi adalah: (1) suami memiliki sistem dan
fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan dan menyalurkan sel
kelami pria (spermatozoa) ke dalam organ reproduksi istri dan (2) istri
memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan
sel kelamin wanita (sel telur atau ovum) yang dapat dibuahi oleh spermatozoa
dan memiliki rahim yang dapat menjadi tempat perkembangan janin, embrio, hingga
bayi berusia cukup bulan dan dilahirkan. Apabila salah satu dari dua faktor
yang telah disebutkan tersebut tidak dimiliki oleh pasangan suami-istri,
pasangan tersebut tidak akan mampu memiliki anak.
Berdasarkan hal yang telah
disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pasangan suami-istri dianggap
infertil apabila memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Pasangan tersebut berkeinginan untuk
memiliki anak
2. Selama 1 tahun atau lebih
berhubungan seks, istri belum mendapatkan kehamilan.
3. Frekuensi hubungan seks minimal 2-3
kali dalam setiap minggunya
4. Istri maupun suami tidak pernah
menggunakan alat atau metode kontrasepsi, baik kondom, obat-obatan, dan alat
lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.
Hal-hal yang paling penting dalam
berhasil atau tidaknya pengobatan infertilitas antara lain:
1. Ketepatan diagnosis penyebab
infertilitas
2. Kondisi penyakit yang menjadi
penyebab infertilitas
3. Usia pasien
4. Ketepatan metode pengobatan
5. Kepatuhan pasien dalam berobat
B. Faktor Penyebab
Infertilitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi
infertilitas, antara lain:
1. Umur.
Kemampuan reproduksi wanita menurun
drastis setelah umur 35 tahun. Hal ini dikarenakan cadangan sel telur yang
makin sedikit. Fase reproduksi wanita adalah masa sistem reproduksi wanita
berjalan optimal sehingga wanita berkemampuan untuk hamil. Fase ini dimulai
setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause.
Fase pubertas wanita adalah fase di
saat wanita mulai dapat bereproduksi, yang ditandai dengan haid untuk pertama
kalinya (disebut menarche) dan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder, yaitu
membesarnya payudara, tumbuhnya rambut di sekitar alat kelamin, dan timbunan
lemak di pinggul. Fase pubertas wanita terjadi pada umur 11-13 tahun. Adapun
fase menopause adalah fase di saat haid berhenti. Fase menopause terjadi pada
umur 45-55 tahun.
Pada fase reproduksi, wanita
memiliki 400 sel telur. Semenjak wanita mengalami menarche sampai menopause,
wanita mengalami menstruasi secara periodik yaitu pelepasan satu sel telur.
Jadi, wanita dapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400 kali. Pada umur 35
tahun simpanan sel telur menipis dan mulai terjadi perubahan keseimbangan
hormon sehingga kesempatan wanita untuk bisa hamil menurun drastis. Kualitas
sel telur yang dihasilkan pun menurun sehingga tingkat keguguran meningkat.
Sampai pada akhirnya kira-kira umur 45 tahun sel telur habis sehingga wanita
tidak menstruasi lagi alias tidak dapat hamil lagi. Pemeriksaan cadangan sel
telur dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah atau USG saat menstruasi hari
ke-2 atau ke-3.
2. Lama infertilitas
Berdasarkan laporan klinik
fertilitas di Surabaya, lebih dari 50% pasangan dengan masalah infertilitas
datang terlambat. Terlambat dalam artian umur makin tua, penyakit pada organ
reproduksi yang makin parah, dan makin terbatasnya jenis pengobatan yang sesuai
dengan pasangan tersebut.
3. Stress
Stres memicu pengeluaran hormon kortisol yang mempengaruhi
pengaturan hormon reproduksi.
4. Lingkungan
Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik
yang mudah menguap, silikon, pestisida, obat-obatan (misalnya: obat
pelangsing), dan obat rekreasional (rokok, kafein, dan alkohol) dapat
mempengaruhi sistem reproduksi. Kafein terkandung dalam kopi dan teh.
5. Hubungan Seksual
Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual
meliputi: frekuensi, posisi, dan melakukannya tidak pada masa subur.
6. Frekuensi
Hubungan intim (disebut koitus) atau onani (disebut
masturbasi) yang dilakukan setiap hari akan mengurangi jumlah dan kepadatan
sperma. Frekuensi yang dianjurkan adalah 2-3 kali seminggu sehingga memberi
waktu testis memproduksi sperma dalam jumlah cukup dan matang.
7. Posisi
Infertilitas dipengaruhi oleh hubungan seksual yang
berkualitas, yaitu dilakukan dengan frekuensi 2-3 kali seminggu, terjadi
penetrasi dan tanpa kontrasepsi. Penetrasi adalah masuknya penis ke vagina
sehingga sperma dapat dikeluarkan, yang nantinya akan bertemu sel telur yang
“menunggu” di saluran telur wanita.
Penetrasi terjadi bila penis tegang
(ereksi). Oleh karena itu gangguan ereksi (disebut impotensi) dapat menyebabkan
infertilitas. Penetrasi yang optimal dilakukan dengan cara posisi pria di atas,
wanita di bawah. Sebagai tambahan, di bawah pantat wanita diberi bantal agar
sperma dapat tertampung. Dianjurkan, setelah wanita menerima sperma, wanita
berbaring selama 10 menit sampai 1 jam bertujuan memberi waktu pada sperma
bergerak menuju saluran telur untuk bertemu sel telur.
8. Masa Subur
Marak di tengah masyarakat bahwa
supaya bisa hamil, saat berhubungan seksual wanita harus orgasme. Pernyataan
itu keliru, karena kehamilan terjadi bila sel telur dan sperma bertemu. Hal
yang juga perlu diingat adalah bahwa sel telur tidak dilepaskan karena orgasme.
Satu sel telur dilepaskan oleh indung telur dalam setiap menstruasi, yaitu 14
hari sebelum menstruasi berikutnya. Peristiwa itu disebut ovulasi. Sel telur
kemudian menunggu sperma di saluran telur (tuba falopi) selama kurang-lebih 48
jam. Masa tersebut disebut masa subur.
9. Kondisi Reproduksi Wanita
Kelainan terbanyak pada organ reproduksi wanita penyebab
infertilitas adalah endometriosis dan infeksi panggul, sedangkan kelainan
lainnya yang lebih jarang kejadiannya adalah mioma uteri, polip, kista, dan
saluran telur tersumbat (bisa satu atau dua yang tersumbat). Berikut gangguan pada alat reproduksi
wanita:
a.
Masalah vagina
Masalah vagina yang dapat menghambat
penyampaian adalah adanya sumbatan atau peradangan. Sumbatan psikogen
disebut vaginismus atau disparenia, sedangkan sumbatan anatomik dapat
karena bawaan atau perolehan.
b.
Masalah serviks
Masalah serviks yang berpotensi
mengakibatkan vertilitas adalah terdapat berbagai kelainan anatomi serviks yang
berperan seperti terjadi cacat bawaan (atresia), polip serviks, stenosis akibat
trauma, peradangan dan sineksia.
c.
Masalah uterus
Masalah penyebab infertilitas yang
dapat terjadi di uterus adalah distorsia kavum uteri karena sineksia, mioma
atau polip, peradangan endometrium, dan gangguan kontraksi uterus
10. Kondisi Reproduksi pria
Sperma berasal dari kata spermatozoa, yaitu sel kelamin
jantan yang memiliki bulu cambuk. Bentuk sperma mirip kecebong. Sperma dihasilkan oleh testis.
Cairan nutrisi sperma berupa cairan putih, kental, dan berbau khas yang disebut
semen. Proses pengeluaran semen dan sperma disebut ejakulasi, sehingga
cairannya disebut juga dengan cairan ejakulat.
Sperma membawa sifat dari bapak, yang nantinya akan bertemu
dengan sel telur yang membawa sifat dari ibu. Oleh karena itu, kualitas sperma
dan sel telur yang baik menjadi faktor penting dalam kehamilan. Gangguan yang terjadi pada pria adalah:
a.
Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)
Gangguan biasanya terjadi pada
bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas mengeluarkan hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut mempengaruhi
testis dalam menghasilkan hormon testosteron, akibatnya produksi sperma dapat
terganggu.Terapi yang bisa dilakukan adalah dengan terapi hormon.
b.
Gangguan didaerah testis (testicular)
Kerja testis dapat terganggu bila
terkena trauma pukulan, gangguan fisik, atau infeksi.Bisa juga terjadi, selama
pubertas testis tidak berkemban dengan baik, sehingga produksi sperma menjadi
terganggu.
c.
Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)
Gangguan terjadi di saluran sperma
sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan lancar, biasanya karena
salurannya buntu. Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak lahir, terkena
infeksi penyakit -seperti tuberkulosis (Tb).
C. Penyakit Penyebab Infertilitas
1.
Endometriosis
Endometriosis
adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di lapisan paling dalam
rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat lain. Endometriosis bisa
terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut juga
adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran telur, atau
bahkan dalam rongga perut. Gejala umum penyakit endometriosis adalah nyeri yang
sangat pada daerah panggul terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta
tentu saja infertilitas.
2.
Infeksi Panggul
Infeksi
panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi wanita bagian
atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur, indung telur, atau dinding
dalam panggul. Gejala umum infeksi panggul adalah: nyeri pada daerah pusar ke
bawah (pada sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat
berkemih, demam, dan keputihan dengan cairan yang kental atau berbau. Infeksi
panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual, aktivitas fisik yang berat,
pemeriksaan panggul, dan pemasangan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim, misalnya:
spiral).
3.
Mioma Uteri
Mioma
uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang ada di
rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di lapisan luar, lapisan
tengah, atau lapisan dalam rahim. Biasanya mioma uteri yang sering menimbulkan
infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di lapisan dalam (lapisan
endometrium). Mioma uteri biasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita dalam
usia reproduksi sehingga saat menopause mioma uteri akan mengecil atau sembuh.
4. Polip
Polip
adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang biasanya diakibatkan oleh
mioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh kontraksi rahim. Polip dapat
menjulur keluar ke vagina. Polip menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan
lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal janin akan susah tumbuh.
5. Saluran Telur yang Tersumbat
Saluran telur yang tersumbat
menyebabkan sperma tidak bisa bertemu dengan sel telur sehingga pembuahan tidak
terjadi alias tidak terjadi kehamilan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui saluran telur yang tersumbat adalah dengan HSG (Hystero Salpingo
Graphy), yaitu semacam pemeriksaan röntgen (sinar X) untuk melihat rahim dan
saluran telur.
6. Sel Telur
Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan
infertilitas yang umumnya merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan
sel telur (ovulasi). Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi adalah
sindrom ovarium polikistik. Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan
gangguan haid. Haid yang normal memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan
jumlah darah haid 80 cc dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang
wanita terjadi di luar itu semua, maka sebaiknya beliau memeriksakan diri ke
dokter.
D.
Pengobatan Infertilitas
1.
Pemberian Antibiotic.
Pemberian antibiotik diberikan pada
pria yang memiliki gangguan infeksi traktus genetalis yang menyumbat vas
deferens atau merusak jaringan testis.
2.
Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada pasien mioma dan
tuba yang tersumbat. Tindakan pembedahan ini akan meninggalkan parut yang dapat
menyumbat atau menekuk tuba sehingga akhirnya memerlukan pembedahan untuk
mengatasinya.
3.
Terapi
Terapi dapat dilakukan pada
penderita endometriosis. Terapi endometriosis terdiri dari menunggu sampai
terjadi kehamilan, pengobatan hormonal atau pembedahan konservatif.
4.
Tindakan pembedahan/operasi
Varikokel
Tindakan yang saat ini dianggap
paling tepat adalah dengan operasi berupa pengikatan pembuluh darah yang
melebar (varikokel) tersebut. Suatu penelitian dengan pembanding menunjukkan
keberhasilan tindakan pada 66 % penderita berupa peningkatan jumlah sperma dan
kehamilan, dibandingkan dengan hanya 10 % pada kelompok yang tidak dioperasi.
5.
Memberikan suplemen
vitamin
Infertilitas yang tidak diketahui
penyebabnya merupakan masalah bermakna karena meliputi 20 % penderita.
Penanggulangannya berupa pemberian beberapa macam obat, yang dari pengalaman
berhasil menaikkan jumlah dan kualitas sperma. Usaha menemukan penyebab di
tingkat kromosom dan keberhasilan manipulasi genetik tampaknya
menjadi titik harapan di masa datang.
6.
Tindakan operasi pada penyumbatan di
saluran sperma
Bila sumbatan
tidak begitu parah, dengan bantuan mikroskop dapat diusahakan koreksinya. Pada
operasi yang sama, dapat juga dipastikan ada atau tidaknya produksi sperma di
buah zakar.
7.
Menjalani teknik
reproduksi bantuan
Dalam
hal ini adalah inseminasi intra uterin dan program bayi tabung. Tindakan
inseminasi dilakukan apabila ada masalah jumlah sperma yang sangat sedikit atau
akibat masalah antobodi di mulut rahim. Pria dengan jumlah sperma hanya 5-10
juta/cc (dari normal 20 juta) dapat mencoba inseminasi buatan.
E. Pencegahan
Infertilitas
Beberapa hal yang dapat dilakukan
adalah :
1. Mengobati infeksi di organ. Ada berbagai jenis infeksi yang diketahui menyebabkan infertilitas
seperti infeksi prostat, testis/buah zakar, maupun saluran sperma.
2. Menghindari rokok karena rokok
mengandung zat-zat yang dapat meracuni pertumbuhan, jumlah dan kualitas sperma.
3. Menghindari alkohol dan zat adiktif. Alkohol dalam jumlah banyak
dihubungkan dengan rendahnya kadar hormon testosteron yang tentu akan
mengganggu pertumbuhan sperma. Ganja /mariyuana juga dikenal sebagai salah satu
penyebab gangguan pertumbuhan sperma.
4. Hindari obat yang mempengaruhi
jumlah sperma, sepreti obat darah tinggi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar