Rabu, 26 Maret 2014

metodik khusus


A.    CASE PRESENTATION (PRESENTASI KASUS)
1.      Pengertian Presentasi.
Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin. Berbeda dengan pidato yang lebih sering dibawakan dalam acara resmi dan acara politik, presentasi lebih sering dibawakan dalam acara bisnis dan dalam mempresentasikan hasil penelitian atau karaya ilmiah. Presentasi adalah komunikasi langsung antara penyaji/presenter dengan sekelompok pendengar/audience dalam situasi teknis, saintifik atau professional untuk satu tujuan tertentu dengan menggunakan teknik sajian dan media yang terencana. Pada intinya presentasi adalah menjelaskan dan meyakinkan audience tentang hal apa yang akan kita bicarakan. Idealnya, presentasi dengan menggunakan powerpoint/slide selalu disertakan modul (proposal, makalah, paper) yang berisikan tentang data lengkap ataupun penjelasan lengkap tentang hal apa yang kita angkat.
2.      Tujuan Presentasi.
Tujuan dari presentasi bermacam-macam, misalnya untuk membujuk (biasanya dibawakan oleh wiraniaga), untuk memberi informasi (biasanya oleh seorang pakar dan peneliti), atau untuk meyakinkan (biasanya dibawakan oleh seseorang yang ingin membantah pendapat tertentu). Agar bisa pandai berpresentasi, orang sering kali belajar pada para pakar presentasi. Juga, ada banyak pembicara terkenal yang sering kali diamati oleh orang-orang yang ingin pandai berbicara di hadapan umum. Para pembicara terkenal di Indonesia antara lain James Gwee, KH Abdullah Gymnastiar, Tung Desem Waringin, Andrie Wongso, Gede Prama, dan masih banyak lagi. Keahlian berbicara dihadapan hadirin merupakan hal yang sangat penting bagi siapa pun yang ingin maju. Banyak presiden, manajer, wiraniaga, dan pengajar yang menjadi sukses dan terkenal lewat keahlian berpresentasi. Secara umum tujuan presentasi adalah
a.       Edukasi atau pendidikan
b.      Memberikan Informasi
c.       Persuasi atau mempengaruhi
3.      Perencanaan Presentasi.
Sebelum mempersiapkan sebuah presentasi beberapa hal perlu diketahui terlebih dahulu :
a.       Situation : Perhatikan waktu dan tempat Anda akan memberikan presentasi.
b.      Tujuan : Apa tujuan yang ingin dicapai dari presentasi yang dilakukan.
c.       Audience : Perhatikan siapa saja yang menjadi peserta dari presentasi Anda
d.      Method : Metode yang tepat dipakai agar tujuan presentasi dapat tercapai
4.      Elemen Penting Dalam Presentasi:
a.       Kecepatan presentasi
b.      Pembukaan yang menarik
c.       Audience mendengarkan
d.      Konklusi (relevansi topik)
e.      Panjang presentasi jangan sampai melebihi waktu yang tersedia


A.    PRECEPTORING
1.      MODEL PRECEPTORING
           Menurut Mahen dan Clark (1996), preceptoring adalah seorang perawat yang mengajar, memberikan bimbingan, dapat menginspirasi rekannya, menjadi tokoh panutan (Role model), serta mendukung pertumbuhan  dan perkembangan individu (trainee) untuk jangka waktu tertentu dengan tujuan khusus mensosialisasikan trainee pada peran barunya. Tujuan dari model preceptorship sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu makro (skala luas) dan mikro (skala individu).


2.      TUJUAN PRECEPTORING
Secara mikro bertujuan  untuk melibatkan pengembangan perawat didalam organisasi. Shamian dan Inhaber (1985) menyatakan bahwa model preceptorship digunakan sebagai alat sosialisasi dan orientasi. Hill dan loweinstein (1992) memandang model preceptorship sebagai salah satu metode rekrutmen  staf. Akses ke pengetahuan organisasi dan praktik klinik tidak dapat di prediksi oleh perawat baru, sehingga diskusi antara preceptor dan preceptee diperlukan untuk memberikan praktik terkini dalam lingkungan klinik dengan harapan preceptee akan memiliki kemampuan yang sama dengan preceptornya.
Preceptoring secara mikro (bagi individu) adalah untuk membantu proses transisi dari pembelajar ke praktisioner (mahen dan Clark, 1996) mengurangi dampak syok realita (Kramer, 1947) dan memfasilitasi perawat untuk berkembang apa yang dihadapi dalam lingkungan barunya (bain, 1996). Fokus pada efisiensi dan efektifitas layanan keperawatan yang berkembang cepat sering kali menimbulkan culture shock tersendiri khususnya bagi perawat baru.
3.        KRITERIA PRECEPTORING
Tidak semua perawat senior dan medio dapat memiliki criteria sebagai seorang preceptoring. UKCC (1993) menganjurkan bahwa preceptoring adalah perawat yang memiliki pengalaman minimal 12 tahun dibidang yang sama atau bidang yang masih berhubungan. Ketrampilan komunikasi dan kepemimpinan, kemampuan membuat keputusan yang tepat, dan mendukung perkembangan professional merupakan hal terpenting (shamian dan Inhaber, 1985). Secara garis besar dapat disimpulkan criteria seorang preceptor yang berkualitas adalah berpengalaman dan ahli di lingkungan klinik, berjiwa kepemimpinan, keterampilan komunikasi yang baik, kemampuan membuat keputusan, mendukung perkembangan professional, memiliki kemauan untuk mengajar dan mengambil peran dalam penerapan model preceptorship, tidak mempunyai sikap yang menilai terlalu awal pada rekan kerja asertif, fleksibilitas untuk berubah, mampu beradaptasi dengan pembelajaran individu.
Faktor kunci dalam pengembangan dan implementasi model preceptorship adalah keterlibatan staf yang berpengalaman disemua tingkatan, ketersediaan literature untuk mendapatkan kepahaman praktik yang terbaik, dan penggunaan pengetahuan yang diperoleh untuk dijadikan panduan dalam praktik. Penggunaan kombinasi dari strategi perubahan dan program pendidikan staf dapat diimplementasikan untuk meningkatkan model preceptoship. Komitmen dan dukungan dari bidang keperawatan merupakan salah satu faktor penting. Hal terakhir untuk menilai keberhasilan penerapan model preceptorship harus dilakukan melalui audit yang sudah distandarisasi
            Mempersiapkan mahasiswa dalam memberikan panduan bagi program kemitraan preceptor dan preceptee adalah sebagai berikut :
1.        Mengenalkan program
2.        Mengidentifikasi dari tujuan pribadi serta institusi dan tujuan yang dapat diukur
3.        Identifikasi kebutuhan pelatihan
4.        Menyediakan sumber dukungan
5.        Rencanakan praktik terkini
6.        Diskusi awal mengenai pengembangan profesional dan pengenalan supervise klinik
Pembelajaran klinik bagi mahasiswa di rumah sakit dilakukan secara kolaborasi antara perseptor atau instruktur klinik yang berasal dari  institusi pendidikan dan perseptor yang berasal dari lahan praktik untuk mengajar mahasiswa selama pembelajaran klinik. Beberapa tanggung jawab perseptor klinis antara lain sebagai berikut:
a.    Mengorientasikan mahasiswa yang praktik terkait dengan prosedur-prosedur dan kebijakan di lahan praktik.
b.    Berperan menjadi seorang praktisi klinis, guru sekaligus pementor,
c.    Melaksanakan supervisi terhadap mahasiswa selama berada di lahan praktik,
d.   memperbaiki kemampuan mahasiswa untuk mendukung perencanaan dan tindakan keperawatan.
e.    Memberi masukan dan membantu serta mendorong kemampuan mahasiswa untuk tujuan klinis.
f.     berkordinasi dengan institusi pendidikan untuk membahas masalah-masalah yang muncul selama pengajaran klinik.
g.    Memberikan pendelegasian untuk menjaga hal-hal tidak diharapkan saat perseptor tidak dapat mendampingi mahasiswa selama pengajaran klinik,
h.    Mendokumentasikan perkembangan mahasiswa selama pengajaran sebagai bahan untuk evaluasi.
i.      Memberikan laporan tertulis pada institusi sebagai bahan evaluasi pada akhir pembelajaran klinis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar