Rabu, 22 Januari 2014

Pandangan Historikal dan Sosiologi Terhadap Profesi Bidan


ü  Sejarah perkembangan pelayanan kebidanan dan sejerah pendidikan
     Perkembangan pendidikan dan pelayanan Kebidanan di Indonesia tidak terlepas dari masa penjajahan Belanda, era kemerdekaan, politik/kebijakan pemerintah dalam pelayanan dan pendidikan tenaga kesehatan, kebutuhan masyrakat serta kemajuan ilmu teknologi.
a.    Perkembangan Pelayanan Kebidanan
      Pada zaman pmerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (Zaman Gubernur Jendral Hendrik William Deandels ) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatihan kebidanan.
     Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan hanya diperuntukan bagi orang-orang Belanda yang ada di Indonesia. Kemudian pada tahun 1849 di buka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit Belanda Sekarang RSPAD Gatot Subroto). Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851, dibuka Pendidikan bidan bagi wnita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda (Dr.W.Bosch) lulusan ini kemudian bekerja di Rumah sakit juga di masyarakat. Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan.
      Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara pormal agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Khususnya untuk dukun masih berlangsung sampai dengan sekarang yang memberi kursus adalah bidan. Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh dimasyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula di kota-kota besar lain di nusantara ini. Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dimana bidan sebagai penanggung jawab pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan mencakup pelayanan antenatal, post natal dan pemeriksaan bayi dan anak termasuk imunisasi dan penyuluhan gizi. Sedangkan diluar BKIA, bidan memberi pertolongan persalinan di rumah keluarga dan pergi melakukan kunjungan rumah sebagai upaya tindak lanjut dari pasca persalinan.
      Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat yang di namakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957. puskesmas memberikan pelayanan di dalam gedung dan di luar gedung dan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan keluarga berencana baik di luar gedung maupun di dalam gedung. Pelayanan kebidanan yang diberikan di luar gedung adalah pelayanan kesehatan dan pelayanan di pos pelayanan terpadu (Posyandu). Pelayanan di posyandu mencakup empat kegiatan yaitu : pemeriksaan kehamilan, pelayanan keluarga berencana, imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan.
      Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan masyarakat, sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun 1992 tentang perlunya medidikan bidan untuk penempatan didesa. Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksanaan kesehatan KIA. Khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi baru lahir, termasuk pembinaan dukun bayi. Dalam kaitan tersebut, bidan di desa juga menjadi pelaksana pelayanan kesehatan bayi dan keluarga berencana yang pelaksanaannya sejalan dengan tugas pokoknya bidan di desa melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan pembinaan pada posyandu di wilayah kerjanya serta mengemgangkan pondok Bersalin sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
      Hal tersebut diatas adalah yang diberikan oleh bidan di desa. Pelayanan yang diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat beda halnya dengan bidan yang bekerja dirumah sakit, dimana pelayanan yang diberikan berorientasi dengan individu. Bidan di rumah sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal, gangguan kesehatan reproduksi di poliklinik keluarga berencana, senam hamil, pendidikan perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal.
Titik tolak dari Konferensi Kepandudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang menekankan pada reproductive (kesehatan reproduksi), memperluas area garapan pelayanan bidan. Area tersebut meliputi :
1.      Safe Motherhood. Termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus.
2.      Family Planning
3.      Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat
      reproduksi.  
4.      Kesehatan reproduksi remaja.
5.      Kesehatan reproduksi orang tua.
      Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Permenkes tersebut dimulai dari :
§  Permenkes No. 5380/IX/1963, wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan normal secara mandiri, didampingi petugas lain.
§  Permenkes No. 363/IX/1980, yang kemudian diubah menjadi Permenkes 623/1989 wewenang bidan dibagi menjadi dua yaitu Permenkes khusus. Dalam wewenag khusus ditetapkan bila bidan melaksanakan tindakan khusus dibawah pengawasan dokter. Hal ini berarti bahwa bidan dalam melaksanakan tugasnya tidak tanggung jawab dan bertanggung gugat atas tindakan yang dilakukannya. Pelaksanaan dari Pemenkes ini, bidan dalam melaksanakan prakteknya perorangan dibawah pengawasan dokter.
§  Permenkes No. 572/VI/1996, wewenang ini mengatur tentang registrasi dan praktek bidan. Bidan dalam melaksanakan prakteknya diberi kewenangan yang mandiri. Kewenangan tersebut disertai dengan kemampuan dalam melaksanakan tindakan.


b.    Sejarah perkembangan pendidikan bidan
Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan Hindia Belanda. Yang dimaksud dalam pendidikan ini adalah pendidikan formal dan non formal.
 Pendidikan bidan pertama kali dibuka pada tahun 1851 oleh seorang dokter militer Belanda (Dr.W.Bosch). pendidikan bidan ini hanya untuk wanita pribumi dan Batavia. Tapi tidak berlangsung lama karena kurangnya peserta pendidik dan batasan bagi wanita untuk keluar rumah.
Pada tahun 1902 pendidikan bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi di rumah sakit Batavia dan oada tahun 1904 dibuka pendidikan bidan bagi wanita Indonesia di Makasar.
Pada tahun 1911 – 1912 di mulai pendidikan tenaga keperawatan secara terancana di Semarang dan Batavia. Calon peserta didik yang diterima SD 7 tahun ditambah pendidikan keperawatan 4 tahun (peserta didik pria) dan pada tahun 1914 khusus bagi peserta didik wanita.
Pada tahun 1935 – 1938 Belanda mendidik bidan lulusan Mulo (setingkat SLTP bagian B) dan hampir bersamaan dibuka sekolah bidan di beberapa kota besar. Jakarta di RSB Budi Kemulyaan, RSB Palang Dua dan RSB Mardi Waluyo di Semarang. Adapun lulusan didasarkan atas latar belakang. Bidan dengan pendidikan dasar Mulyo ditambah pendidikan bidan selama 3 tahun disebut bidan kelas satu (vroedvrouw eerste klas) dan bidan lilisan dari perawat disebut bidan kelas dua (vroedvrouw tweede) mantri.
Pada tahun 1950-1953 di buka kursus tambahan bidan (KTB) di Yogyakarta lamanya kursus antara 7 sampai 12 minggu dengan tujuan memperkenalkan pengembangan program KIA. Pada tahun 1967 KTB ditutup.
Tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan, guru perawat, perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada tahun 1972 pendidikan ini dilebur menjadi Sekolah Guru Perawat (SPG).
Tahun 1970 di buka program pendidikan bidan dari lulusan Sekolah Pengatur Rawat (SPR) ditambah 2 tahun pendidikan bidan. Mengingat jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah sangat banyak maka pada tahun 1974 sekolah bidan tutup dan dibuka SPK dengan tujuan ada tenaga multi purpose dilapangan yang dapat menolong persalinan. Tetapi hal ini tidak berhasil.
Pada tahun 1975 sampai 1984 pendidikan bidan ditutup selama 10 tahun.
Pada tahun 1981 dibuka pendidikan diploma 1 kesehatan ibu dan anak, latar belakang pendidikan SPK.  Tetapi hanya berlangsung 1 tahun.
Pada tahun 1985 dibuka program pendidikan bidan A (PPB-A) yang memperbolehkan lulusan SPK untuk langsung masuk program pendidikan ini dimana lama pendidikan 1 tahun. Para lulusan ini ditempatkan di desa-desa dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Pada tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan B yang pesertanya lulusan dari AKPER, lama pendidikan 1 tahun. Tujuan program ini adalah untuk mempersiapkan tenaga pengajar pada Program Pendidikan Bidan A. Ternyata berdasarkan penelitian dari lulusan ini tidak menunjukan kompetensi dan berlangsung selama 2 angkatan (1995 dan 1996) kemudian ditutup.
Pada tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan C (PPB-C) yang menerima lulusan dari SMP yang dilaksanakan di 11 propinsi: Aceh, Bengkulu, Lampung, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Nusatenggara Timur, Maluku dan Irian Jaya.
Pada tahun 1994-1995 pemerintah menyelenggarakan uji coba pendidikan jarak jauh (distance leaming) di 3 propinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur berdasarkan SK Menkes No. 1247/Menkes/ SK/XII/1994 dengan tujuan untuk memperluas cakupan upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan.
Pada tahun 1995 diadakan Diklat Jarak Jauh (DJJ). DJJ tahap 1 (1995-1996), DJJ tahap 2 (1996-1997) dan DJJ 3 (1997-1998) dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan bidan agar mampu melaksanakan tugasnya dan diharapkan berdampak pada penurunan AKI dan AKB.
Pada tahun 1994 dilaksanakan penelitian pelaksanan kegawat daruratan maternal dan neonatal, dan pelaksanaannya adalah rumah sakit propinsi /kabupaten.
Pada tahun 1996 IBI bekerja sama dengan Departemen Kesehatan dan American College of  Nurse Midwife (ACNM) dan RS swasta mengadakan Training of Training kepada anggota IBI dan selanjutnya melatih bidan praktek swasta secara swadaya, juga guru/ dosen dari D3 kebidanan.
Pada tahun 1995-1998 diadakan pelatihan dan peer review bagi bidan rumah sakit, bidan puskesmas dan bidan di desa di propinsi Kalimantan Selatan dimana IBI berkerja sama langsung dengan Mother Care.
Tahun 1996 dibuka pendidikan D3 kebidanan di 6 propinsi yang menerima calon peserta didik dari SMA
Tahun 2000 dibuka DIV bidan pendidik di UGM kemudian bulan Febuari UNPAD,USU Medan, STIKES Ngudi Waluyo Semarang, STIKIM Jakarta dan tahun 2005 Poltekes Bandung. Pendidikan ini berlangsung lamanya 2 semester ( 1tahun)
Pada tahun 2000 telah ada tim pelatih Asuhan Persalinan Normal (APN) yang dikoordinasikan oleh Maternal Neonatal Hearth (MNH) yang sampai saat ini telah melatih APN dibeberapa propinsi/kabupaten.
Bulan September 2005 dibuka DIV kebidanan Reguler di UNPAD Bandung, menerima dari SMU dg lama pendidikan 8 semester.
Selain itu bulan April 2006 dibuka S2 kebidanan di UNPAD, menerima dari DIV kebidanan dgn lama pendidikan min 4- 10 semester.

B.    Pendekatan dalam pengambilan keputusan asuhan kebidanan
Tidak hanya berpengaruh proses pengelolaan asuhan kebidanan, tetapi penting untuk meningkatkan kemampuan merencanakan perubahan. Bidan pada semua posisi klinis harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan yang efektif, baik sebagai pelaksanaan / staf maupun sebagai pemimpin.
Pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan membutuhkan, pemikiran kritis dan analisis yang dapat diterapkan dalam praktek kebidanan. Pengambilan keputusan merupakan upaya pencapaian tujuan dengan menggunakan proses yang  sistematis.
Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses memecahkan masalah secepatnya. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa individu harus memiliki, kemampuan berfikir kritis, dan mengembangkan dirinya dengan adanya bimbingan dan role model dilingkungan kerjanya.
PENGERTIAN DECISION MAKING PROCESIN MIDWIFERY PRACTICE.
            Adalah suatu pendekaan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah dengan pengumpulan fakta-fakta dan data, menentukan alternatif yang matang untuk mengambil suatu tindakan yang tepat dalam praktek kebidanan.
Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan :
1.    Pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan
2.    Pengambilan keputusan dilakukan pada sistematikan tertentu :
a.    Tersedianya sumber-sumber untuk melaksanakan keputusan yang akan diambil.
b.    Kualifikasi tenaga kerja yang tersedia.
c.     Falsafah yang dianut organisasi.
d.    Situasi lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi administrasi dan manajemen di dalam organisasi.
3.    Masalah harus diketahui dengan jelas.
4.    Pemecahan masalah harus didasarkan pada faka-fakta yang te kumpul dengan sistematis.
5.    keputusan yang baik adalah keputusan yang  telah dipilih dari berbagai alternatif yang telah dianalisa secara matang.
·         metode pemecahan masalah
            Prinsip utama untuk menetapkan masalah adalah mengetahui fakta, memisahkan fakta dan melakukan interpretasi data menjadi fakta objektif dan menentukan luasnya masalah. Manajer membutuhkan kemampuan untuk menetapkan priorotas pemecahan masalah.
Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan diatas adalah suatu penyelesaian yang dinamis. Penyebab umum gagalnya penyelesaian masalah adalah kurang tepat mengidentifikasi masalah. Oleh karena itu identifikasi masalah adalah langkah yang paling penting kualitas hasil tergantung pada keakuratan dalam mengidentifikasi masalah.
·         langkah-langkah pemecahan masalah :
1). Mengetahui masalah dengan mendefinisikan masalah yang
dihadapi.
2). Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan.
3). Mengolah fakta dan data.
4). Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah.
5). Memilih pemecahan masalah dari alternatif yang dipilih.
6). Menentukan tindakan yang akan di ambil.
7). Evaluasi
Ø  Mendefinisikan masalah
Dalam mendefinisikan masalah diperlukan keahlian, pendidikan, dan pengalaman untuk membuat diagnosa yang tepat untuk itu bidan agar selalu mengembangkan kemampuannya dimasa lalu untuk mempelajari perubahan yang terjadi.
Ø  Pengumpulan data
Pengumpulan data dikerjakan secara berkesinambungan melalui proses yang sistematis, sehingga upaya mengantisipasi keadaan masalah yang mungkin timbul akan lebih mudah dilaksanakan.



Ø  Analisa fakta dan data
Data-data yang telah terkumpul dengan baik di olah secara sistematis yag akhirnya merupakan suatu informasi yang akan digunakan sebagai  bahan untuk pengambilan keputusan.
Analisa data perlu dihubungkan dengan serangkaian pertanyaan sebagai berikut :
1.        Situasi yang bagaimana yang menimbulkan masalah?
2.        Apa latar belakang dari masalah?
3.        Apa pengaruh dan hubungan antara masalah yang dihadapi dengan tujuan rencana dan kebijakan organisasi?
4.        Apa konsekuensi atar keputusan yang diambil?
5.        Apakah pemecahan masalah sesuai dengan kapasitas Organisasi?
6.        Apakah waktu pengambilan tepat?
7.        Siapa yang ditugaskan mengambil tindakan?
Ø  Penentuan alternatif
Baik buruknya sesuatu keputusan yang diambil sangat tergantung atas kemampuan menganalisa kekuatan dan kelemahan alternative-alternatif yang dihadapi.
Ø  Penentuan pilihan yang terbaik.
Pada umunya pilihan diambil dari beberapa alternantif jika diduga bahwa pilihan itu akan memberikan manfaat yang paling besar baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek.
Ø  Evaluasi
Untuk mengadakan penilai yang baik, diperlukan obyektifitas dalam melakukan penilaian/evaluasi. Pelaksanaan penilaian diserahkan kepada pihak ketiga yang tidak terlibat langnsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memperoleh tingkat obyektifitas setinggi mungkin.



DAFTAR PUSTAKA

Ayu Hendrati Rahayu Amd.Keb. 2011. Pengambilan Keputusan Klinik Dalam Manajemen Kebidanan. http://ahendrati.blogspot.com/. Diakses Pada Tanggal 10 Desember 2013.
Diah MIdyatun, S.ST. 2012. Pengambilan Keputusan Pada Praktek Kebidanan (Decision Making Proces In Midwifery Pratice). http://jurnalbidandiah.blogspot.com. Diakses Pada Tanggal 10 Desember 2013.
Dr.joni Iswanto, 2012. Sejarah Pendidikan Bidan. http://www.sumbarsehat.com. Diakses Pada Tanggal 11 December 2013.
____________, Bidan. http://id.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 11 December 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar